Membangun Kemandirian Anak Berkebutuhan Khusus

Mengasuh dan mendidik anak berkebutuhan khusus memang penuh tantangan. Namun dengan pengasuhan dan pendidikan yang tepat dan sesuai, mereka dapat berkembang lebih optimal dan mencapai potensi terbaiknya.” – Adisti F.

Setiap orang tua di dunia ini tentunya menginginkan yang terbaik untuk kehidupan anak-anaknya. Ketika anak terlahir ke dunia ini dengan berkebutuhan khusus, tentunya itu bukanlah keinginan dari orang tua tersebut. Namun, orang tua tetap harus menerima keadaan anaknya, kemudian mengasuh dan mendidiknya setidaknya hingga anak tersebut mampu mandiri, baik itu dimulai dari pendidikan dari rumah maupun dengan mulai disekolahkan di sekolah berkebutuhan khusus.

Dalam mengasuh dan mendidik anak berkebutuhan khusus, tentunya berbeda ketika mengasuh dan mendidik anak normal. Dibutuhkan langkah-langkah khusus untuk membuatnya lebih berkembang secara optimal, salah satunya dalam hal kemandiriannya nanti untuk mengurus dirinya sendiri ketika beranjak dewasa.

Salah satu yang harus disadari oleh orang tua dengan anak berkebutuhan khusus adalah Ananda memiliki banyak hambatan dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-harinya (tidak seperti anak normal pada umumnya), sehingga dibutuhkan peran orang tua untuk terus mendampingi anak selama proses membangun kemandiriannya.

Suatu keahlian terkhusus kemandirian, tidak dapat dikuasai oleh anak berkebutuhan khusus dalam satu malam. Diperlukan banyak latihan dan pengulangan hingga anak menguasai kemampuan tersebut.

Proses belajar kemandirian pada anak berkebutuhan khusus memang jauh lebih menantang dibandingkan pada anak normal. Setiap anak berkebutuhan khusus membutuhkan instruksi dan arahan yang jelas saat belajar suatu kemampuan baru.

Berikut beberapa tips yang bisa dilakukan orang tua dalam mengajarkan dan membangun kemandirian pada anak berkebutuhan khusus, diantaranya:

  1. Buat lebih sederhana.

Ketika misalnya anak belum dapat mengancingkan baju? Coba orang tua memilihkan baju yang tanpa kancing untuk dipakai anak. Atau misalnya anak belum mampu menghisap minuman dari sedotan? Coba orang tua menggunakan gelas ketika anak ingin minum. Perlu orang tua sadari dan pahami bahwa kecepatan belajar anak berbeda-beda, maka dari itu perlu sekali untuk membuat apapun yan akan digunakan anak dengan lebih sederhana.

2. Berikan motivasi dan dukungan pada anak untuk menolong dirinya sendiri.

Orang tua seringkali tidak tega ketika melihat anaknya mengalami kesulitan saat melakukan sesuatu dan rasanya ingin segera menolongnya. Coba berikan kesempatan pada anak untuk belajar melakukannya sendiri dengan terus didampingi dan diberikan instruksi secara detail satu per satu, kemudian berikan anak motivasi sehingga anak lebih percaya diri saat menghadapi kesulitannya.

3. Bagi kegiatan dalam beberapa tahapan kecil yang lebih sederhana.

Kegiatan sederhana menurut kita, bisa jadi sangat menyulitkan bagi anak berkebutuhan khusus. Bagi kegiatan dalam beberapa tahapan kecil sehingga anak lebih mudah menguasai setiap langkahnya. Misalnya, kegiatan mandi diawali dendgan melepas celana, melepas baju, membasuh air dengan shower/gayung, mengusap sabun ke badan, dll. Jangan lupa untuk memperlihatkan contohnya secara langsung, sehingga anak melihatnya dan berusaha menirukannya.

4. Identifikasi bagian yang sulit dikuasai anak.

Jika di awal (misalnya mandi) anak mengalami kesulitan, jangan buru-buru mengambil alih dan tidak melatihnya lagi. Orang tua harus mampu mengidentifikasi pada bagian apa anak mengalami kesulitan (misalnya: Ketika memegang shower anak belum mampu menggenggamnya sehingga shower terjatuh ke lantai kamar mandi). Berikan sedikit bantuan pada kegiatan tersebut. Perlahan-lahan kurangi bantuan hingga anak mampu melakukannya sendiri tanpa bantuan.

5. Ciptakan proses belajar yang menyenangkan.

Bila dalam kegiatan lainnya, misalnya anak kesulitan makan dengan emnggunakan sendok atau garpu, orang tua perlu mengetahui bahwa anak tersebut mengalami kesulitan digerakan matorik halusnya. Maka dari itu, orang tua dapat mengajarkan anak kegiatan matorik halus dengan cara yang menyenangkan seperti layaknya sedang bermain, misalnya dengan memindahkan air dari satu wadah ke wadah lainn dengan menggunakan spons, memindahkan kacang hijau dengan sendok, menjepit kertas dengan jepitan jemuran, dll.

Tidak dapat dipungkiri ketika orang tua mengajarkan kemandirian pada anak berkebutuhan khusus, kadang ada saja hal yang membuat frustasi dan tidak sabaran. Namun jangan lupa untuk terus mencobanya lagi dan berikan apresiasi sekecil apapun keberhasilan yang telah anak raih.

Tidak lupa juga orang tua dengan anak berkebutuhan khusus perlu berkolaborasi dengan terapis dan guru anak untuk membantu anak berkebutuhan khusus dapat mandiri. Komunikasi yang terbuka memungkinkan orang tua dapat berbagi strategi maupun tips untuk mencapai tujuan bersama, yaitu anak mampu mandiri melakukan aktivitas sehari-harinya.

Daftar Pustaka:

Lemonilo.com. (2023, 5 Juni). Lima Tips Melatih Kemandirian pada Anak Berkebutuhan Khusus. Diakses melalui https://lemonilo.com/5-tips-melatih-kemandirian-pada-anak-berkebutuhan-khusus/

Mommiesdaily.com. (2023, 5 Juni). 6 Cara Mempersiapkan Anak Berkebutuhan Khusus Bisa Mandiri. Diakses melalui https://mommiesdaily.com/2021/09/03/6-cara-mempersiapkan-anak-berkebutuhan-khusus-bisa-mandiri.

Yayasan Pusat Kemandirian Anak. (2023, 5 Juni). Langkah-Langkah Cara Mengajarkan Kemandirian pada Anak Berkebutuhan Khusus. Diakses melalui https://pusatkemandiriananak.com/langkah-langkah-cara-mengajarkan-kemandirian-pada-anak-berkebutuhan-khusus/.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *